Andovi da Lopez Ajak Mahasiswa Baru 2025 UIN Salatiga Kritis dan Berintegritas

Konten kreator yang dikenal vokal dalam dunia aktivis, Andovi da Lopez hadir dalam rangkaian Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2025 sebagai pemateri Auditorium UIN Salatiga, Selasa, (19/8/2025).

Ketua Dewam Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Salatiga, Muhammad Rizki, menjelaskan bahwa pemilihan Andovi sebagai pemateri dilakukan untuk mendorong mahasiswa baru lebih kritis terhadap isu sosial dan pemerintahan.

“Andovi sebagai content creator dan aktivis sering menyuarakan persoalan pemerintahan. Materi yang disampaikan beliau untuk menguatkan nilai kritis mahasiswa terhadap kemanusiaan, literasi digital, dan aktivisme. Harapannya mahasiswa baru bisa menaikkan tensi kritisme mereka, karena situasi negara kita sedang tidak baik-baik saja,” ujar Rizki.

Andovi menyampaikan materi dengan tema “Menguatkan Nilai Kritis Mahasiswa terhadap Nilai-Nilai Kemanusiaan, Penguatan Literasi Digital, dan Aktivisme Mahasiswa”. Menurut Rizki, tema tersebut bertabrakan dengan tema PBAK 2025. Ia menilai hal itu sengaja dilakukan panitia karena tema besar sudah mengikuti pemerintah, sehingga muatan materi harus menyisipkan isu ini agar mahasiswa baru bisa menyuarakan apapun.

“Ini sangat kontra dengan tema umum dari PBAK sendiri. Sengaja kita kontrakan karena tema besar mengikuti pemerintah, tetapi muatan materi memang harus kita sisipkan kepada mahasiswa baru terkait isu-isu yang harus bisa mereka suarakan,” terangnya.

Dalam wawancara yang dilakukan usai sesi materi, Andovi menekankan pentingnya sikap kritis dan integritas bagi mahasiswa baru. Ia juga mengingatkan agar tidak bersikap apatis serta memanfaatkan privilese pendidikan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.

“Pesan gua nomor satu adalah menjadi mahasiswa-mahasiswi harus kritis dan berintegritas. Jangan masa apatis karena kalian memiliki privilege pendidikan. Privilege ini dipakai dengan baik untuk melakukan hal yang baik dan benar di kehidupan kalian,” kata Andovi.

Andovi mengingatkan mahasiswa baru agar peka terhadap situasi nasional, tidak terjebak berita sensasional, dan selalu kritis melihat konflik dari berbagai sudut pandang. “Tahu apa yang terjadi di Indonesia jangan apatis. Konflik apapun baca dari kedua sisi, jangan kemakan berita clickbait, jangan kemakan digital, dan inget kalau ada apapun tanya kenapa?” tambahnya.

Beberapa mahasiswa baru mengaku mendapat wawasan baru dari materi yang disampaikan oleh Andovi. Fawwaz merasa materi yang disampaikan membuka pengerahuan baru khususnya dalam dunia sejarah dan politik, “Materinya membuka pikiran mahasiswa baru, khususnya anak SMA yang baru masuk kuliah, jadi lebih terbuka pada dunia seperti sejarah dan politik,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Hilma yang juga mengapresiasi materi yang disampaikan. Terutama menurutnya karena lingkup pembahasan materi yang disampaikan tadi mengenai pemerintahan, isu perempuan dan ada pesan bahwa sejarah tidak boleh dilupakan.

“Menarik banget apalagi tadi membahas tentang pemerintah, tentang perempuan yang harus dihargai, dan pentingnya sejarah yang tidak boleh ditinggalkan,” ujarnya.

Dari penyampaian materi itu, beberapa mahasiswa baru juga terdorong menyoroti isu yang jarang dibicarakan. Rajwa, menekankan pentingnya mengingat tragedi 1998, khususnya bagi perempuan. Menurutnya jika isu tersebut tidak dibicarakan, maka akan terus terlupakan, sementara berita hiburan justru dapat bertahan lama.

“Tragedi 98 itu jarang sekali diangkat, padahal banyak perempuan etnis Tionghoa jadi korban pelecehan, bahkan keluarga saya hampir mengalaminya. Kalau isu seperti itu diunggah cepat sekali hilang, beda dengan berita artis yang bisa bertahan lama. Itu sebabnya saya merasa penting untuk dibicarakan,” jelasnya. (zid/lpm-dinamika/red)