Kukuhkan Guru Besar, UIN Salatiga Targetkan 1 Prodi 1 Guru Besar

SALATIGA-Universitas Islam Negeri Salatiga mengukuhkan empat guru besar melalui Sidang Senat Terbuka dalam rangka Pengukuhan Guru Besar, Selasa (22/7). Empat guru besar yang dikukuhkan pada kegiatan yang digelar di Auditorium dan Student Center Prof. Dr. H. Achmadi, Kampus III tersebut adalah:

  1. Prof. Dr. Achmad Maimun, M.Ag. (Guru Besar Bidang Ilmu Psikologi Islam)
  2. Prof. Dr. Mochlasin, M.Ag. (Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Islam)
  3. Prof. Dr. Supardi, S.Ag., M.Ag. (Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Islam)
  4. Prof. Dr. Abdul Aziz N.P., S.Ag., M.M. (Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen)

Dengan dilantiknya keempat guru besar tersebut, jumlah guru besar yang ada di UIN Salatiga genap menjadi 25 orang.

Rektor UIN Salatiga, Prof. Zakiyuddin menyampaikan apresiasi dan ucapan selamat atas pengukuhan itu. “Barakallah dan selamat untuk para guru besar yang dikukuhkan hari ini. Akselerasi guru besar adalah salah satu indikator kinerja lembaga kita. UIN Salatiga akan terus mendorong agar para dosen dapat mencapai gelar akademik tertinggi pada usia produktif,” ujarnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwa UIN Salatiga menargetkan setiap prodi yang ada memiliki setidaknya satu guru besar, “Sejauh ini UIN Salatiga telah memiliki 25 guru besar, tetapi sebaran guru besar tersebut belum merata. Maka dari itu, akselerasi jumlah guru besar ini harus dioptimalkan. Targetnya, minimal ada satu guru besar di setiap prodi.”

Ucapan selamat juga datang dari Wali Kota Salatiga, dr. Robby Hernawan, Sp.OG, “Selamat kepada para guru besar yang dikukuhkan. Pengukuhan ini akan menguatkan kontribusi akademisi UIN Salatiga kepada masyarakat Kota Salatiga. Pemkot Salatiga senantiasa terbuka untuk berkolaborasi dan bersinergi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.”

Kegiatan pengukuhan itu sekaligus menjadi ajang penguatan komitmen visi Green Wasathiyah Campus UIN Salatiga. Hal tersebut terlihat dari langkah yang diambil para guru besar untuk datang ke acara pengukuhan dengan dokar sebagai moda transportasi yang dinilai ramah lingkungan. Selain itu, para guru besar juga menerima bibit pohon sebagai ganti karangan bunga. (nhl)