SALATIGA-Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika menggelar Journalism Festival 2025, Senin (6/10). Kegiatan yang mengangkat tema Membungkam Suara, Meredam Gerak: Kontradiksi Demokrasi, Kebebasan Berekspresi tersebut digelar untuk memperingati milad ke-35 LPM Dinamika. Journalism Festival 2025 digelar secara terpusat di Gedung Auditorium Prof. Dr. H. Achmadi, Kampus III UIN Salatiga dan dibuka langsung oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama, Dr. Suwardi, M.Pd.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini. Semoga melalui kegiatan ini, kita semakin memahami esensi dari demokrasi,” ujarnya. Dirinya menilai sebagai akademisi, mahasiswa harus bisa berjuang menyuarakan kebenaran dengan landasan ilmiah yang dikaji dengan baik dan benar. “Dekati fakta, jauhi asumsi liar,” pungkas Dr. Suwardi.

Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Adetya Pramandira (Aktivis WALHI Jateng) dan Bivitri Susanti (Dosen STHI Jentera). Adetya dalam paparannya menekankan pentingnya melawan praktik impunitas yang sudah melembaga dalam keseharian. “Impunitas yang sudah melembaga harus di-counter dengan kerja perawatan yang biasa dan bisa dilakukan oleh banyak orang,” ujarnya.
Dirinya juga menjelaskan hak-hak yang harus didapat masyarakat, yaitu: hak mendapatkan kebenaran, hak mendapatkan keadilan dan pertanggungjawaban, hak pemulihan, serta jaminan ketidakberulangan praktik kekerasan.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bivitri. Menurutnya, negara ada untuk mengurus warga/masyarakat. “Berdasarkan Indeks Demokrasi yang dirilis tahun lalu, Indonesia memiliki sistem demokrasi yang cacat, maksudnya masih ada beberapa faktor yang harus dibenahi agar sistem demokrasi yang kita miliki menjadi sempurna,” urainya.
Lebih lanjut, Ahli Hukum Tata Negara itu mengatakan bahwa warga harus bisa berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan. Dirinya menilai hal itu adalah salah satu bukti pemerintah dan demokrasi berjalan dengan baik. “Bukan demokrasi namanya jika tanpa kebebasan berekspresi,” kata Bivitri mengakhiri.

Selain seminar nasional dan diskusi terbuka, Journalism Festival 2025 sekaligus menjadi ajang perilisan antologi puisi dan jurnal DinamikA vol. VI. Acara tersebut juga dimeriahkan dengan bazar buku, pameran, serta berbagai perlombaan. (nhl)