Salatiga – Ma’had Al-Jami’ah UIN Salatiga resmi memulai kegiatan Masa Orientasi Santri bagi 98 mahasiswa baru tahun akademik 2025/2026, Selasa (26/08/2025). Kegiatan ini menjadi pintu masuk bagi mahasiswa yang terpilih untuk menempuh kehidupan kepesantrenan di samping perkuliahan di kampus.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Suwardi, dalam arahannya mengingatkan bahwa hanya sebagian kecil mahasiswa baru yang mendapat kesempatan menjadi santri Ma’had Al-Jamiah. Dari 2.629 mahasiswa baru UIN Salatiga, hanya 98 orang atau sekitar 3,7 persen yang dipilih untuk bergabung.
“Kesempatan ini harus disyukuri. Tidak semua mahasiswa diberi kesempatan untuk menjadi santri Ma’had Al-Jamiah. Di sini, yang utama bukan sekadar kepintaran, tetapi pembentukan akhlak dan keberkahan ilmu,” jelasnya.
Menurutnya, santri Ma’had memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga nama baik lembaga, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat. “Santri Ma’had bukan mahasiswa biasa, harus ada nilai tambah yang tercermin dari tutur kata dan sikap sehari-hari,” ujarnya.

Dr. Suwardi juga berpesan agar santri selalu mendoakan orang tua, menjaga kekompakan, serta menata niat dengan ikhlas dalam pengabdian di Ma’had. “Yang sudah pernah mondok jangan jumawa, dan yang belum mondok jangan minder. Semua akan mendapat ilmu dan keberkahan yang sama,” katanya.
Kegiatan orientasi ini tidak hanya mengenalkan aturan dan tata tertib Ma’had, tetapi juga membentuk karakter santri agar siap menghadapi dinamika kehidupan akademik sekaligus pesantren.
Sementara itu, Direktur Ma’had Al-Jami’ah, Dr. Hafidz, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas kesempatan menyambut mahasantri baru. Ia menekankan bahwa masa satu tahun di Ma’had harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk belajar ilmu pengetahuan, membentuk akhlak, sekaligus mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Gunakan waktu satu tahun di Ma’had dengan sebaik-baiknya. Ilmu yang kalian pelajari, baik agama maupun umum, akan memudahkan kehidupan dan memberi arah dalam perjalanan hidup,” pesannya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa tradisi mencari ilmu bukan sekadar memperbanyak pengetahuan, tetapi juga menghadirkan keberkahan. “Dengan ilmu, hidup menjadi lebih mudah, dengan agama hidup lebih terarah, dan dengan cinta hidup menjadi indah,” tambahnya. (red/zid)