SALATIGA-Dewan Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri Salatiga menggelar rangkaian kegiatan Simfoni Kebhinekaan, Rabu (18/6). Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Auditorium dan Student Center Prof. Dr. H. Achmadi tersebut diikuti oleh 506 peserta. Acara utama berupa seminar nasional bertajuk Seni, Budaya, dan Moderasi Beragama yang diisi oleh Dr. Ngatawi Al-Zastrouw (Wakil Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia PBNU) dan Kusen, Ph.D. (Wakil Ketua Lembaga Seni dan Budaya PP Muhamaddiyah).
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama UIN Salatiga, Dr. Suwardi memberi apresiasi atas terselenggaranya kegiatan itu, “Selamat atas terselenggaranya Simfoni Kebhinekaan. Acara ini adalah bentuk komitmen sivitas akademika, terutama mahasiswa UIN Salatiga untuk memupuk nilai-nilai moderasi beragama dan wasathiyah Islam.”
Dirinya menilai acara tersebut adalah salah satu upaya mahasiswa UIN Salatiga mendukung branding Kota Salatiga sebagai kota tertoleran di Indonesia. “Semangat Salatiga sebagai kota toleran harus dihidupi oleh semua, termasuk mahasiswa-mahasiswa yang ada di dalamnya,” tambahnya.
Pada kesempatan itu, Ngatawi Al-Sastrouw sebagai narasumber menyampaikan pemaparan terkait bagaimana budaya, tradisi moderasi, dan toleransi beragama dapat hidup berdampingan, “Agar tiga aspek: budaya, tradisi moderasi, dan toleransi dapat tumbuh bersama, dibutuhkan adanya dimensi afektif dan dimensi roso. Dimensi roso ini hanya bisa dijalankan melalui sentuhan seni, budaya, dan laku spiritual.”
Sedangkan Kusen menjelaskan mengenai prinsip Jawa yang sesuai dengan moderasi. “Dalam kebudayaan Jawa, ada prinsip ngono yo ono neng ojo ngono. Maksudnya, kita harus hidup dalam keseimbangan atau sikap wasathiyah,” jelasnya.
Selain seminar nasional, Simfoni Kebhinekaan juga dimeriahkan dengan pentas seni, booth pengecekan psikologi, dan donor darah, serta bazar kuliner.