SALATIGA – Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Salatiga menunjukkan cara berbeda dalam mengevaluasi capaian belajar mahasiswanya. Selain mengerjakan soal di atas kertas, para mahasiswa menyelenggarakan sebuah pertunjukan seni terpadu sebagai bentuk Ujian Akhir Semester (UAS) kolaboratif di kampus setempat, di Auditorium Student Center, Kampus 3, UIN Salatiga, Rabu (23/12/2025).
Acara ini merupakan gabungan dari empat mata kuliah unggulan di program Kelas Khusus Internasional (KKI) dan Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD). Keempat mata kuliah tersebut meliputi Traditional Dance, Pendidikan Seni Tari sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, Drama, serta Tata Rias.
Yang menarik, pertunjukan ini tidak hanya menjadi panggung bagi mahasiswa lokal. Pada sesi Traditional Dance, tampak tiga mahasiswa asing asal Filipina yang tergabung dalam program KKI ikut lincah membawakan Tari Piring dari Sumatra Barat.

Selain itu, mahasiswa mata kuliah Pendidikan Seni Tari juga ditantang untuk menciptakan karya tari orisinal. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung mempraktikkan ilmu pedagogi dengan mengajar serta mengajak anak-anak dari TK ABA 5 Salatiga dan KB Busmut Beringin, Kab. Semarang untuk tampil bersama di atas panggung.
Dekan FTIK UIN Salatiga, Prof. Dr. Rasimin, M.Pd., yang hadir memberikan sambutan, menyampaikan apresiasi mendalam atas inovasi ujian berbasis proyek ini. Menurutnya, metode ini sangat efektif untuk membangun kepercayaan diri mahasiswa.
“Kami sangat mengapresiasi kreativitas mahasiswa dan dosen pengampu. Ujian seperti ini bukan sekadar mengejar nilai akademik, tapi merupakan aktualisasi diri. Mahasiswa belajar bagaimana mengelola sebuah event, berkolaborasi dengan sekolah mitra, hingga berinteraksi dengan mahasiswa internasional. Ini adalah wajah pendidikan yang inklusif dan progresif,” ujar Prof. Rasimin.
Sementara, Dosen pengampu mata kuliah, Dewi Wulandari, M.Sn., menjelaskan bahwa konsep ujian ini dirancang agar mahasiswa memiliki bekal keterampilan praktis yang nyata saat terjun ke dunia pendidikan nantinya.

“Output dari mata kuliah ini adalah mahasiswa mampu menciptakan karya dan mengajarkannya. Untuk mata kuliah drama, kami mengambil tema dongeng anak seperti fabel, alam semesta dan legenda, sementara ujian tata rias langsung diaplikasikan pada para pemeran,” ujar Dewi.
Dewi juga menjelaskan bahwa kostum yang digunakan ana-anak TK merupakan hasil kreatifitas mahasiswa sendiri. “Selain itu keunikan lain dengan kehadiran mahasiswa asing dari Filipina juga memberi warna tersendiri, membuktikan bahwa seni tari tradisional kita bisa dipelajari oleh siapa saja,” jelas Dewi.
Sebanyak 12 karya tari baru untuk anak usia dini ditampilkan dalam acara ini. Kemeriahan semakin terasa saat panggung diisi oleh drama bertema alam dengan mengangkat tema bencana alam yang sedang terjadi pada bangsa ini. Dikemas dengan riasan wajah dan kostum yang atraktif, hasil karya tangan kreatif para mahasiswa sendiri. (zid/red)


