Welcome to #GreenWasathiyahCampus

Sosok Guru Penuh Semangat Itu Telah Pergi

Sebuah Obituarium Dr. KH. Sidqon Maesur, Lc., M.A.

Ahad, 7 Januari 2024, sivitas akademika UIN Salatiga benar-benar kaget, batin bergemuruh gelisah, bergetar antara percaya dan ragu, membaca sebuah postingan singkat berita duka. Rangkaian ucapan berbela sungkawa, doa, dan kalimat istirja mengalir tanpa putus layaknya banjir bandang. Semua larut dalam suasana duka cita atas wafatnya Ustad, Dr. KH. Sidqon Maesur, Lc., M.A. yang merupakan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama UIN Salatiga.

Cukup lama Dr. Sidqon diuji dengan penyakit tetapi semangatnya mengalahkan rasa sakit yang diderita. Dr. Sidqon tidak peduli risiko, semua tugas lembaga dijalani secara total. Termasuk tugas luar kota, masih digarap walau fisik tak lagi mendukung. Masih teringat bagaimana beliau meminta semua peralatan yang menempel di badan dilepas dan segera keluar rumah sakit saat mendapat tugas kantor ke Labuan Bajo, NTT, pada 11 November 2023 yang lalu.

Seluruh warga kampus berdukacita dengan kepergian Ust. Sidqon yang seperti mendadak itu. Banyak yang menangis sesenggukan, mengingat momen terakhir yang dihabiskan bersama Ust. Sidqon saat menghadiri Apel Bersama Hari Amal Bhakti Kementerian Agama, Rabu, 3 Januari 2024. Di balik raut wajah yang menyimpan lelah dan kalimat pendek yang beliau sampaikan, Ustad Sidqon masih menyempatkan datang ke acara kampus.

Lelaki bertubuh pendek, berkulit putih bersih dengan pakaian rapi, seperti bukan penduduk asli Dusun Petak Desa Sidoharjo ini adalah seorang dosen profesional dalam bidang keilmuan bahasa Arab. Watak keras melekat dalam tugas kesehariannya, aktif bekerja, kaya gagasan, bukan tipe senang nganggur. Bagi beliau, pekerjaan di Perguruan Tinggi Islam Negeri harus dilakuni dengan serius.

Rektor UIN Salatiga, Prof. Zakiyuddin Baidhawy dan semua rekan kerja mengakui semangat beliau yang membara. Di tengah kondisi fisik yang melemah, Ustad Sidqon masih sigap bertugas bahkan menghadiri acara-acara nasional. Kita patut mencontoh mental penggerak penuh semangat dalam mengembangkan Islam Wasathiyah yang diberikan oleh alumni Al-Azhar Mesir ini.

Selama bekerja bersama Ustad Sidqon, beliau selalu tampil proaktif dan ceria. Semua dosen dan karyawan sudah paham dengan gaya bicaranya yang khas bergelora, menyuarakan kebangkitan dan semangat untuk memajukan lembaga. Dosen yang lahir 60 tahun yang lalu ini aktif membagi informasi mengenai kegiatan mahasiswa.

Sering kita tercenung, dalam gambar kegiatan penuh gebyar kemilau ada seseorang yang tertunduk lesu. Dua tahun terakhir kondisi beliau menurun. Sang istri, Ibu Nyai Muawanah selalui membersamai dalam kegiatan luar kota, sehingga lebih menjamin rasa aman dan nyaman. Dalam konteks ini, kemunduran fisik tidak mengendurkan spirit dan etos kerja yang membara untuk memberikan pelayanan terbaik kepada lembaga.

Testimoni rekan sejawat menyibak banyak aspek kemanusiaan Ust. Sidqon yang perlu diapresiasi dalam hal kesederhanaan figur pejabat, ketulusan hati, dan tidak pelit menabur pitutur nilai-nilai kebajikan, meskipun dalam kondisi kesehatan yang terus menurun.

Cukup lama kita mengenal Ustad Sidqon sebagai penggiat bahasa. Bersama Ustad Nasafi dan Prof. Fachrudin, ketiganya terbiasa bercakap-cakap dengan bahasa Arab diselingi guyonan. Lulusan SMA Tebu Ireng ini terbilang gigih bertahan dalam hal konsistensi mengembangkan bahasa Arab di kampus, pakar bahasa paling sepuh setelah yang lain pensiun. Prof. Zakiyuddin bahkan menunjuk Ustad Sidqon ikut mengajar di Pesantren Shobron Surakarta karena kepakarannya dalam bidang bahasa Arab.

Studi Intensif Bahasa Arab dan Inggris (SIBA/SIBI) yang sudah berjalan pada mahasiswa era STAIN dikembangkan lebih lanjut oleh Ustad Sidqon yang belajar manajemen kebahasaan di Malang. Melalui proses dialog antarfakultas, program SIBA-SIBI tidak dilanjutkan lagi dan mahasiswa digerakkan untuk belajar bahasa secara mandiri. Dinamika kampus dengan tambahan tenaga muda bahasa dari berbagai perguruan tinggi di luar Salatiga sangat potensial untuk memajukan bahasa Arab di UIN Salatiga. Almarhum Ust. Sidqon tersenyum bangga menyaksikan para dosen muda menggerakkan kegiatan bahasa Arab tetap bersinar di kampus UIN Salatiga.

Mentalitas pemberani, jiwa muda, kemampuan bahasa, dan jiwa avonturir menjadi modal ayah dari dua putra ini dapat menjelajah Mesir lanjut California. Sepuluh tahun yang lalu kiai pengasuh Pesantren Al-Huda Susukan masih lincah gerakannya untuk memandu perjalanan dan bersemangat menceriterakan pengalaman di pusat perfilman Hollywood.

Kolega dan relasinya cukup luas, terlihat pada hari pemakamannya, ribuan pelayat tumpah di Dusun Petak untuk mengantarnya ke tempat istirahat terakhir. Ustad Sidqon dipanggil pulang oleh Pemiliknya pada Ahad, 7 Januari 2024 pukul 13.15. Jika boleh meminta, tentu kita ingin lebih lama bersama beliau, agar program bahasa Arab di kampus bisa lebih dikembangkan lagi. Selamat jalan Ust. K.H. Sidqon Maesur, semoga kita bisa bertemu kembali di surga nan abadi.

Ditulis oleh Prof. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. (Ketua Senat UIN Salatiga) | Diedit seperlunya oleh Humas UIN Salatiga

Loading